JAKARTA, investor.id – Negara-negara anggota ASEAN didorong untuk memperkuat kerja sama di sektor industri baja guna mempercepat terbentuknya pasar terintegrasi di kawasan sekaligus meningkatkan integrasi ekonomi secara keseluruhan.
Wakil Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Liew Chin Tong mengatakan ASEAN memiliki peluang untuk berkolaborasi dalam peta jalan dekarbonisasi, berbagi teknologi, serta melakukan pengadaan bersama dalam membangun aliansi baja regional.
“Selama ini, investasi di industri baja lebih dipandang sebagai investasi swasta, di mana tingginya investasi asing serta meningkatnya produksi dan ekspor baja dianggap sebagai capaian positif. Namun, jika hanya berhenti pada tujuan itu, dikhawatirkan akan memicu persaingan tidak sehat berupa peningkatan kapasitas berlebih, investasi besar-besaran pada tanur tiup, emisi karbon lebih tinggi, hingga gesekan perdagangan dan potensi perang dagang. Ini bisa menjadi siklus yang merugikan,” kata Liew Chin Tong dalam pidato khusus di Konferensi Pembuat Kebijakan ASEAN tentang Baja dan Forum ASEAN 2025 mengenai Keberlanjutan dan Konstruksi, Senin (29/9/2025).
Liew menekankan, saat ini adalah momentum bagi ASEAN untuk menetapkan standar tertinggi, menciptakan kondisi bagi produksi baja ramah lingkungan, mengoordinasikan kapasitas produksi, serta mengejar pendekatan regional dalam investasi dan pembiayaan, termasuk melalui skema blended financing.
“Dalam lanskap geoekonomi yang terus berubah, ASEAN memiliki peran penting dan harus bertindak bersama. Kita membutuhkan koalisi global untuk baja bersih dan hijau, dan saya berharap negara-negara anggota ASEAN dapat menjadi pelopor dalam membangun platform kerja sama tersebut,” tambahnya.
Liew juga menyampaikan Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz akan meluncurkan Iron and Steel Industry Roadmap sebagai langkah lanjutan.