Contact Info
Cyber 2 Tower, 34th Floor
Jl. HR Rasuna Said, Block X-5 No. 13
Kuningan Timur, Setiabudi
South Jakarta 12950
Indonesia
corsec@alamtriminerals.id +6221 2553 3060
29 September 2025
Direct Links

Industri Kokas Jalankan Strategi Pertahankan Kontribusi ke Ekonomi RI

Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pelaku Usaha Kokas Nusantara (APUKN) atau Association of Indonesia Coke Industry (AICI) menjalankan ragam strategi untuk mempertahankan kontribusi sektor kokas ke ekonomi domestik RI.

Ketua APUKN/AICI Elias Ginting melalui rilis di Jakarta, Senin menjelaskan untuk merespons situasi pasar yang menantang, perusahaan kokas di Indonesia mengambil sejumlah langkah strategis, seperti mengalihkan arah penjualan ke negara lain, menyesuaikan struktur produk, hingga mengoperasikan fasilitas pada beban rendah demi menjaga daya saing.

Selain itu, kenaikan harga batu bara kokas (coking coal) global, serta penurunan produksi baja turut mendorong perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam mengendalikan produksi.

“Saat ini, industri kokas Indonesia tengah menghadapi tekanan berat akibat kebijakan pembatasan kuota impor kokas oleh Pemerintah India. Kebijakan tersebut membuat kinerja ekspor ke India merosot tajam pada 2025,” kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Mei 2025 total volume ekspor sektor ini mencapai 2,56 juta metrik ton (MT) atau meningkat 62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kokas merupakan salah satu komponen utama dalam proses produksi baja, khususnya pada teknologi blast furnace, yang digunakan secara luas di berbagai belahan dunia. Sebagai agen reduktor dan sumber panas, kokas berperan krusial dalam mengubah bijih besi menjadi besi cair sebelum diolah menjadi baja.

Disampaikannya, nilai ekspor yang melonjak hingga sebesar 563 juta dolar AS atau Rp9,2 triliun (kurs Rp16.336) merupakan dampak dari tekanan pada harga komoditas kokas di pasar global.

Lebih lanjut, berdasarkan survei pihaknya, hingga akhir 2025 tingkat utilisasi kapasitas industri kokas Indonesia diperkirakan bertahan di bawah 60 persen. Prospek pada 2026 pun dinilai masih belum membaik, sehingga strategi konservatif akan tetap diterapkan.

“Kami akan terus menunggu perkembangan kebijakan impor India, sambil menjajaki potensi pasar baru di Amerika Selatan, Eropa, maupun Asia lainnya, serta mengembangkan produk alternatif lain,” kata Elias Ginting.

Ia menyatakan pihaknya sudah melakukan kunjungan kerja ke empat fasilitas produksi kokas di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebagai upaya penguatan konsolidasi sektor tersebut.

Perusahaan yang dikunjungi meliputi PT Kinrui New Energy Technologies Indonesia, PT Kinxiang New Energy Technologies Indonesia, PT Risun Wei Shan Indonesia, dan PT Detian Cooking Indonesia.

Kunjungan ini difokuskan pada pemantauan kondisi penjualan, produksi, serta integrasi tenaga kerja China–Indonesia.

Pihaknya berharap pemerintah bisa mengambil langkah terkait pembatasan impor kokas. Untuk 2026 diharapkan ijin ekspor sudah bisa terbit sebelum 1 Januari 2026 atau maksimal minggu pertama Januari.