Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor baja India ke Uni Eropa diperkirakan bakal terdampak langsung implementasi pajak karbon lintas negara atau Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) pada 2026.
Sekretaris untuk urusan baja, Sandeep Poundrik, dalam FT Live Energy Transition Summit India pada Rabu (17/9/2025) memberi konfirmasi soal ini. Mengutip pemberitaan Reuters, dia memaparkan bahwa Eropa merupakan destinasi untuk dua per tiga ekspor komoditas tersebut.
Uni Eropa akan mulai menerapkan pajak karbon CBAM pada 2026 pada produk impor dengan intensitas karbon tinggi seperti besi dan baja serta semen. Pajak ini diterapkan untuk mencegah perusahaan Eropa berpindah ke negara dengan aturan lingkungan yang tidak ketat.
Di sisi lain, India telah mengajukan pengecualian pengenaan pajak ke Uni Eropa. Negara ini merupakan produsen baja terbesar kedua di dunia setelah China.
“Batasan emisi karbon yang diusulkan dalam CBAM jelas akan berdampak pada ekspor,” ujar Poundrik. Produksi baja India sendiri masih banyak menggunakan blast furnace dengan tingkat emisi tinggi, sementara rencana penambahan kapasitas blast furnace menjadi perhatian tersendiri.
Poundrik juga menyoroti kekhawatiran India terhadap impor baja murah. Ia memperkirakan pemerintah akan mengambil keputusan terkait tarif impor atau safeguard duty sesuai dengan tarif yang diusulkan.
Bulan lalu, pemerintah India mengajukan tarif impor sebesar 11%–12% untuk sejumlah produk baja selama tiga tahun guna menekan arus masuk baja dari China, produsen terbesar dunia.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan RI sebelumnya mengestimasi bahwa penerapan CBAM berpotensi mengerek turun ekspor baja ke Uni Eropa. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor besi dan baja dengan kode HS 72 mencapai US$27,80 miliar pada 2024, naik daripada posisi 2023 dan 2022 yang masing-masing berjumlah US$26,70 miliar dan US$25,80 miliar.
Analis Perdagangan Ahli Madya Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional BKPerdag, Ferry Samuel Jacob, pada Oktober 2024 mengatakan ekspor besi dan baja serta aluminium bakal menjadi yang paling terdampak implementasi CBAM.
“Kalau melihat struktur perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa, yang akan terkena dampak paling besar itu ada besi dan baja serta aluminium,” kata Ferry dalam diskusi panel Trade Expo Indonesia (TEI) 2024. Dalam paparan yang disampaikan Ferry, nilai impor Uni Eropa dari Indonesia untuk produk besi dan baja mencapai US$904 juta pada 2023, diikuti aluminium sebesar US$89 juta. Uni Eropa tidak mengimpor energi listrik, pupuk dan hidrogen, serta semen dari Indonesia.